Kirab Aswaja NU Ranting Krapyak, Syiar Islam Ramah Menuju Kemandirian Organisasi

 Kirab Aswaja NU Ranting Krapyak, Syiar Islam Ramah Menuju Kemandirian Organisasi

Anak-anak TPQ berjalan beriringan dalam Kirab Aswaja PRNU Krapyak Semarang dalam rangka Harlah ke-96 NU

SEMARANG, pcnukotasemarang.com – Pagi yang cerah, nampak rombongan anak-anak berbaju putih dengan peci hitam berjalan beriring dan berarak-arak menyusuri jalan Krapyak Semarang Barat Kota Semarang. Pada barisan paling depan ada 4 (empat) anak memegang atribut bertuliskan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) tempat mereka belajar mengeja huruf hijaiyyah hingga bisa membaca Al-Qur’an.

Pemandangan tersebut adalah Kirab Aswaja yang diadakan Pimpinan Ranting (PR) Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) Kelurahan Krapyak dalam memeriahkan Hari Lahir (Harlah) ke 96 NU yang digelar oleh Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (PRNU) Kelurahan Krapyak.

“Ini adalah Kirab Aswaja yang dimaksudkan untuk syiar islam yang ramah, islam yang mengerti dan memahami untuk hidup damai di negara yang berbhineka tunggal ika,” kata Ketua Pimpinan Ranting (PR) Muslimat NU Krapyak, Hj Iswahani usai penyerahan hadiah di Gedung Kanzus Shalawat 2 Semarang, Ahad (30/1).

Menurut dia, semarak tersebut bukan sebatas euforia usia NU yang hampir mencapai 1 (satu) abad, lebih dari itu juga perwujudan rasa syukur terhadap peran organisasi yang dilahirkan oleh KH Hasyim Asy’ari dengan segenap badan otonom (Banom) di masyarakat.

Kirab diikuti oleh 9 TPQ yang ada di 9 RW di Krapyak yang dilanjutkan dengan penyerahan hadiah baginpemenag lomba di Gedung Kanzus Shalawat 2 Semarang, “Ini juga rasa syukur kami bisa ikut berkiprah di berbagai bidang dan kondisi, termasuk pandemi,” ungkapnya.

Dia pun menyebut beberapa kegiatan Muslimat dalam membantu pemerintah diantaranya mengontrol jentik nyamuk untuk mencegah wabah demam berdarah, memberikan bantuan bagi terdampak Covid-19, melakukan sosialisasi protokol kesehatan dan sebagainya. Sedangkan dalam membina masyarakat, kata dia, ibu-ibu anggota Muslimat yang berlatar belakang santri berperan menjadi Pengajar TPQ, “Ada juga pelaku usaha kecil yang menjadi binaan,” urainya.

Ketua Ranting NU Krapyak Mansyur As-Shiddiqi mengatakan, tantangan menjalankan NU di Kecamatan Semarang Barat, khususnya di Kelurahan Krapyak agar lebih diterima bukan hanya sebatas paham dan amaliyah, “Ini memang tantangan kita yang cukup sulit di Semarang Barat, khususnya di Krapyak,” ungkapnya.

Oleh karena itu dirinya terus memompa semangat semua pengurus untuk tetap menggerakkan organisasi dalam menyukseskan gerakan keNUan agar NU bisa diterima oleh semua masyarakat, “Alhamdulillah periode ini sudah terbentuk Fatayat, dan Ansor. Kami sangat mendorong agar terus maju,” jelasnya.

Harlah ke 96 di Krapyak, lanjutnya, mengusung tema Kemandirian NU Untuk Kemaslahatan Umat. Tema tersebut, menurutnya sejalan dengan program yang tengah dipersiapkan oleh NU Krapyak, yakni adanya koperasi sebagai aset Badan Usaha Milik Nahdlatul Ulama (BMNU) Krapyak, “Saya sangat berharap tidak hanya mandiri secara organisasi, tapi secara individu. Jadi dalam waktu dekat akan mendirikan BUMNU berbetuk Koperasi. Ini ikhtiar kami untuk membuat NU lebih bermanfaat bagi masyarakat,” tuturnya.

Hal senada diungkapkan Rais PRNU Krapyak, KH Ahmad Busyairi Harits. Dia berharapan NU Krapyak bisa menjadi tonggak tegaknya NU di Kota Semarang, khususnya Kelurahan Krapyak, “Insyaallah sama secara fisik dengan rumusan hasil muktamar NU Lampung baru-baru ini, yaitu salah satunya tetap berkhikmat kepada ulama sebagai pewaris para Nabi. Namun secara khususi tetap menjalankan 4 pilar yang sudah disepakati,” ucapnya.

Dia sebut empat hal itu antara lain bertauhid mengikuti manhaj Imam Abul Hasan Al-Asyari, Imam Abu Manshur al-Maturidi. Kedua, di bidang ibadah mengikuti salah satu mazhab empat yaitu Imam Syafi’i. Dalam penanaman akhlak mengikuti Imam Al-Ghazali, dan imam Al-Junaid Al-Baghdadi, dan bidang budaya tetap berpedoman kepada kaidah al-muhafadzatu ‘ala-qadimisshalih wal-akhdzu bil-jadidil ashlah.

“Menjaga, memelihara budaya lama yang baik dan relevan, serta menerima budaya baru yang lebih baik dan bermanfaat,” urainya.

Secara rinci dia sebut hal baru yang harus dikuasai oleh warga NU yaitu teknologi, komunikasi dan seni (IPTEKS). Meski demikian, dirinya juga tetap memprioritasnya pengembangan potensi kader NU untuk membina masyarakat, terlebih dirinya mengetahui ada beberapa masjid di Krapyak yang tidak memahami aturan khutbah Jum’at, “Nanti kita adakan pelatihan dai NU,” pungkasnya. (Rif)

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published.