Kepercayaan Masyarakat Meningkat, Abas Durrotu Aswaja Gunungpati Merambah Gajah Mungkur Semarang

Pengasuh Pesantren Durrotu Aswaja, Kiai Agus Ramadhan berfoto bersama panitia seusai acara pelepasan peserta Amal Bakti Santri di (dok)
SEMARANG, pcnukotasemarang.com – Kepercayaan masyarakat terhadap santri meningkat, salahsatunya kepada Pesantren Durrotu Ahlissunnah Wal-Jama’ah atau Durrotu Aswaja Banaran Gungpati Semarang. Hal ini terbukti dengan Amal Bakti Santri (ABAS) Durrotu Aswaja Angkatan V yang merambah kecamatan Gajah Mungkur, tepatnya di Masjid At-Taubah, Dukuh Selorejo, Kelurahan Bendan Duwur, Kec. Gajahmungkur..
“Alhamdulillah, Abas pada tahun ini tidak hanya di seputaran Gunungpati, tapi juga merambah ke daerah lain, yaitu di kecamatan Gajah Mungkur,” kata pengasuh Pesantren Durrotu Aswaja kepada NU Online Jateng, Kamis (7/7).
Adanya lokasi baru tersebut, lanjutnya hasil penawaran kepada para takmir atau pengelola masjid yang masih relasi dalam Nahdlatul Ulama (NU) yang butuh bantuan tenaga dai. Sedangkan lokasi lama tetap menginginkan santri Durrotu Aswaja kembali melakukan kuliah kerja nyata (KKN) ala santri di desa tersebut.
“Semua tempat saya sendiri yang menentukan, tentunya dimulai dengan survei dan bertanya kepada masyarakat sekitar dan teman ustadz dan kyai yang tahu kondisi sosio-kultural serta agama di daerah tersebut,” ungkapnya.

Kepada para santri, Kiai Agus berpesan untuk membenahi para anak didik dalam taman pendidikan Al-Qur’an (TPQ) dalam mengaji dan memahami agama yang sesuai dengan ajaran aswaja, “Insyaallah orangtuanya juga mempunyai semangat mengaji lagi, sejalan dengan tema abas ‘Santri Mengabdi, Membangun Generasi’,” urainya.
Adapun daerah yang tahun ini menjadi tempat program Abas antara lain; Mushalla Al-Amanah, Kradenan Lama Kelurahan Bendan Duwur, Masjid At-Taubah, Selorejo, Kelurahan Bendan Duwur, Masjid Al-Hidayah, Kradenan Baru, Kelurahan Bendan Duwur, Kecamatan Gajah Mungkur, Masjid Darul Muttaqin, Desa Persen Bawah, Mushalla Nur Fattah, Trangkil, Masjid At-Tin, Citra Gading, Mushala Al Asy’ariyah, Setono, Mushalla Baitur Rahman, Kalisegoro, dan di Desa Sekaran Gunungpati.
Ketua ABAS, Izkinal Athar mengatakan, selain harus mengajar anak untuk mengaji dan mendidik dengan akhlak yang terpuji, para santri juga bertugas membenahi kebiasaan yang sebelumnya tidak sesuai amalan aswaja, “Ada banyak praktik keberagamaan yang perlu dibenahi dan juga dilestarikan kembali di masyarakat,” ujarnya..
Untuk itu, lanjut dia para santri yang menjadi peserta ABAS diambil dari yang sudah masuk program Nihai (akhir) dan semester akhir di kampus, “Insyaallah yang terjun untuk mengabdi di masyarakat memiliki kemampuan yang cukup untuk melaksanakan amanat yai,” ucapnya.
Lebih jauh dia mengatakan, ada ketentuan minimal dalam mengikuti program tersebut, yakni santri calon peserta yang umumnya mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) tersebut harus mengikuti serangkaian test, “Sebelum penerjunan santri dituntut menguasai baca kitab, wirid, tahlil, dan hafalan quran untuk bekal menjadi imam dan berdakwah,” pungkasnya. (*)
Ahmad Rifqi Hidayat.
Penulis: Ahmad Rifqi Hidayat