Rakerda HIPSi Demak Putuskan Sejumlah Program Unggulan

SEMARANG, pcnukotasemarang.com – Dewan Pimpinan Daerah Himma Pengusaha Santri Indonesia (DPD HIPSI) Kabupaten Demak mengadakan rapat kerja daerah (Rakerda) di Hills Joglo Villa Desa Keji Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang, Sabtu-Ahad, 6-7 Agustus 2022.
Dalam kesempatan itu diputuskan sejumlah program unggulan DPD HIPSI Kabupaten Demak periode 2022-2026. Salah satunya adalah pendampingan para santri yang sedang merintis usaha.

Ketua DPD HIPSI Kabupaten Demak, Mohamad Sodikin, mengungkapkan, salah satu tujuan dari HIPSI adalah mencetak sejuta santri pengusaha. Ini target secara nasional. Adapun untuk DPD HIPSI Kabupaten Demak berusaha akan pmewujudkan seribu santri pengusaha. Hal ini membutuhkan kerja keras para pengurus untuk mengajak para santri dan khususnya alumni pesantren yang sudah pulang kampung tetapi belum sejahtera. Mereka adalah basis inti anggota HIPSI.
“Demak merupakan basis kaum santri di Jawa Tengah. Hampir tiap desa di Demak ada kaum santri. Untuk itu target kami dalam satu periode ke depan akan mendidik para santri dan alumni pesantren untuk menjadi pengusaha,” tandas Sodikin.
Sodikin yang memiliki pengalaman sebagai pengusaha dan sekarang aktif sebagai anggota Fraksi Partai Gerindra DPRD Kabupaten Demak merasa target itu masuk akal sebab di samping Demak banyak santri juga pihaknya sudah menjalin komunikasi dan kerjasama dengan lembaga perbankan untuk ikut mendukung program mencetak santri pengusah di Kabupaten Demak.
“Kami sudah komunikasi dengan pihak perbankan untuk bisa membantu pendanaan program wirausaha yang sedang dijalani kaum santri,” imbuh dia.
Hadir dalam Rakerda ini Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) HIPSi Jawa Tengah, H Fatah Rosihan Affandi, MM, yang memberikan pembekalan dalam up grading.
Dalam paparannya, Gus Fatah mengungkapkan, bahwa di HIPSI ini kita diminta hidmah untuk membangun ekonomi kaum santri. Untuk itu pengurus HIPSI harus serius berjuang untuk mendidik santri berwirausaha agar bisa meningkatkan kekuatan ekonomi kaum santri.
“Selama ini kaum santri termarjinalkan secara ekonomi. Santri yang mayoritas di negeri ini tapi tidak menguasai ekonomi. Mayoritas santri tidak tahu siapa yang berperan dalam kenaikan harga minyak goreng, kenaikan brambang atau cabai. Padahal yang menjadi petani mayoritas kaum santri tetapi yang menentukan harga sembako justru orang lain,” tegas Gus Fatah. (Adib)