Menilik Fenomena Hate Speech Melalui Kajian Islam

“Keselamatan manusia terletak dalam menjaga lisannya,” HR. Bukhari
Selain berkewajiban untuk beribadah kepada Allah SWT, kita juga wajib untuk bersikap baik kepada sesama manusia mulai dari tindakan hingga perkataan (lisan). Sebagai fitrah yang diberikan oleh Allah SWT kepada seluruh umat manusia, lisan layaknya kunci yang dapat membawa kita menuju pintu surga atau neraka.
Agar fitrah tersebut dapat menjadi manfaat bagi manusia dan sekitarnya, Allah SWT menyerukan umat manusia untuk berkata baik dan menghindari perkataan buruk. Allah SWT berfirman:
Dan katakan kepada hamba-hamba-Ku, “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar) sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia, ” (QS. Al-Isra’ Ayat 53)
Hate Speech Melalui Aktivitas di Media Sosial
Membiasakan berkata baik atau berdiam dari perkataan buruk adalah sifat seorang muslim sejati. Memang sulit untuk kita lakukan saat ini, terlebih ditengah masifnya perkembangan zaman, dimana kita dapat menyalurkan kata-kata melalui aktivitas di media sosial.
Fenomena hate speech yang saat ini marak terjadi tidak terlepas dari perkembangan teknologi yang semakin kuat. Adanya media sosial telah menimbulkan ruang bebas dan terbuka bagi siapapun untuk berkomentar dan mengeluarkan pendapatnya.
Margareth Brown Sica dan Jeffrey Beall mengatakan bentuk hate speech atau ujaran kebencian seperti menghina, merendahkan kelompok minoritas tertentu, dengan berbagai latar belakang dan sebab baik berdasarkan ras, gender, etnis, kecacatan, kebangsaan, agama, orientasi seksual atau karakteristik lain.
Hate speech yang awalnya hanya kata-kata, baik di media sosial, maupun selebaran, efeknya mampu menggerakan massa hingga memicu konflik dan pertumpahan darah. Efek dahsyat yang mampu ditimbulkan oleh Hate Speech dapat merugikan banyak pihak. Sudah sepantasnya kita menjaga lisan dari berkata-kata yang tidak baik agar senantiasa terhindar dari perpecahan.
Setiap Kalimat Akan Dimintai Pertanggungjawaban
Sebuah hadits yang berbunyi; “Keselamatan manusia terletak dalam menjaga lisannya,” (HR. Bukhari). Hendaknya kita resapi, bahwa sedikit atau banyak lisan yang keluar dari mulut, disana terletak kebaikan dan keburukan seseorang.
Imam Al-Ghazali, dalam kitabnya Ihya Ulumuddin mengemukakan, berbagai macam lisan dan perkataan yang harus diperhatikan manusia. Diantaranya, perkataan yang tidak bermanfaat yang bisa membuat hati kasar, juga ucapan yang mengandung hujatan dan cacian.
Maka hendaknya manusia menggunakan akalnya untuk memanfaatkan fitrah pemberian Allah SWT dengan sebaik-baiknya. Menjauhi perkataan buruk dan kotor, menggossip (ghibah), fitnah dan adu domba.
Setiap manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas semua perkataannya. Tidak banyak orang yang pandai dalam menjaga lisan hingga pada akhirnya ia terjerumus ke dalam jurang api neraka.
Karena lidah tidak bertulang, lisan tidak sulit untuk digerakkan dan dipergunakan. Kebaikan yang diucapkannya akan melahirkan manfaat yang luas dan kejelekan yang dikatakannya membuahkan ekor keburukan yang panjang.
Oleh: Lawinda Rahmawati