Muslimat NU Kota Semarang Gelar Pelatihan Penguatan Aswaja

SEMARANG, pcnukotasemarang.com – Islam dalam koridor madzhab ahlussunnah wal jama’ah (Aswaja) terus disudutkan dengan dengan kajian-kajian golongan tertentu, terutama Wahabi yang mengklaim dirinya benar dan mengajak golongan lain untuk kembali pada ajaran Islam. Untuk itu Pimpinan Cabang (PC) Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) Kota Semarang menggelar Pelatihan Penguatan Aswaja di gedung majlis taklim NU Kota Semarang, Jl. Puspogiwang I/47 Semarang Barat, Kota Semarang, Rabu (12/10) siang.
“Kita ini sudah menjalankan ajaran Islam sesuai yang digariskan yaitu ahlissunnah wal jama’ah,” kata ketua PC Muslimat NU Kota Semarang, Hj. Muslimatin Djatmiko dalam sambutan pembukaan.
Muslimatin menilai klaim tidak jelas tersebut harus direspons dengan penguatan kader agar tidak termakan isu yang tidal jelas tersehut, “Ayo kita kembali ke Al-Qur’an dan Hadist. Lha kita ini jelas melandaskan sumber hukum utamanya Al-Qur’an dan Hadist kok disuruh kembali kepada Al-Qur’am dan Hadist. Ayo kita teguhkan kembali ajaran ahlussunnah wa jama’ah an-nahdliyah,” tegasnya.
Untuk itu, Muslimatin menghadirkan KH. Busyairi Harits sebagai narasumber yang bisa mencerahkan pemahaman aswaja. Sebab, kata dia golongan Islam yang selamat adalah golongan yang menganut ajaran ahlussunnah wal jama’ah.
KH. Busyairi Harist yang pernah mengikuti al-maghfurlah KH. Abdurrahman Wahid mengingatkan bahaya dari upaya golongan Wahabi dalam mengikis akidah. Kiai Busyairi memberikan contoh terbaru dalam kasus Pesulap Merah dengan Gus Samsudin.
Dalam kasus viral tersebut nampaknya satu sama lain saling bersitegang dan berlawanan akidah, namun pada ujungnya dimanfaatkan dengan upaya mengikis paham aswaja, “Ini upaya Wahabi agar kita tidak percaya kepada ulama, tidak percaya dengan kitab-kitab salaf. Ini jelas arahnya agar tidak percaya pada para kiai nahdlatul ulama,” jelasnya.
Kiai Busyairi lantas merunutkan sanad keilmuan Nahdlatul Ulama sampai dengan Nabi Muhammad dan jelas sesuai dengan hadits golongan yang selamat yaitu ahlussunnah wal jamaah. Nilai-nilai ahlussunnah wal jamaah harus ditegakkan dalam berbagai forum keagamaan para kader Nahdlatul Ulama.
“Terus ngikuti Nahdlatul Ulama sampai kepribadiannya juga sesuai dengan ajaran Nahdlatul Ulama dari sebelum tidur sampai sebelum tidur lagi,” ajaknya.
Kiai Busyairi lantas menerangkan sebagian dari perjuangan Nabi Muhammad yang diangkat sebagai utusan Allah Ta’ala untuk mengajarkan Islam bagi seluruh dunia, “Hanya 23 tahun menyebarkan Al-Qur’an, menyebarkan Islam dan aswaja sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah,” tegasnya.
Kiai Busyairi lantas menerangkan bagaimana bisa banyak amaliah yang diklaim tidak sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan Hadist. Menurut dia, banyak sekali praktik beragama yang telah menjadi kemasan praktis sebagaimana program sedekah jum’ah, kebiasaan bersalaman sesudah shalat dan lain yang praktiknya tidak sama persis dengan masa Rasulullah Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Kiai Busyairi pun menegaskan bahwa NU merupakan sebuah organisasi yang didirikan oleh ulama kharismatik dan jelas sanad keilmuannya, “NU bukan organisasi sembarangan, malati (memberikan laknat bagi yang merusak,-red),” pesannya. (*)
Kontributor: Ahmad Rifqi Hidayat