Serba-Serbi Silatnas III Bu Nyai Nusantara

SEMARANG, pcnukotasemarang.com – Lazimnya acara NU, Barisan Ansor Serbaguna (Banser) diminta panitia bertugas menjaga Kamtibmas (Keamanan dan Ketertiban Masyarakat).
Demikian halnya di ajang Silaturahim Nasional Ke-3 (Silatnas III) Bu Nyai Nusantara di Hotel Patra Semarang, Senin hingga Selasa, (7-8/11/2022). Satu regu (10 personil) Banser mendapat tugas jaga secara bergantian dua kali dua puluh empat jam.
Mereka dibagi dalam dua shif, dan dipisah dua bagian. Yakni empat orang bertugas di luar gedung, dengan seragam doreng, alias pakaian dinas lapangan (PDL). Enam orang bertugas di dalam gedung, dengan seragam protokoler berpeci hitam alias pakaian dinas harian (PDH).
Masing-masing kelompok kerja menjalankan tugas dengan penuh dedikasi. Berdiri tegap dan mata selalu awas mengamati situasi.
Pesawat Handy Talky (HT) tak pernah lepas digenggaman tangan. Setiap ada komando, langsung bergerak menjalankan perintah.
Di satu forum Silatnas, terjadi “keributan”. Ada banyak hadirin yang gemruduk maju ke arah panggung. Puluhan orang berebut mau sungkem Bu Nyai sepuh, sebagian berdesak-desakan motret maupun foto selfie.
Panitia seksi acara berusaha menertibkan. Meski sudah berteriak, suaranya tak didengar. Maka si panitia meminta tolong Banser agar menyibak kerumunan itu, agar para Bu Nyai sepuh bisa “dievakuasi” dari lokasi keributan.
“Mas Banser. Tolong ini ditertibkan. Sibak kerumunan ini, Pak,” ucap panitia dalam kepanikan sehingga menyapa.Banser dengan panggilan Mas dan Pak sekaligus.
Dua orang Banser yang gagah perkasa, tak berkutik. Bahkan tak bergerak. Raut mukanya tegang, lalu geleng-geleng kepala.
Seorang Garda Fatayat (Garfa) lantas bertanya; “Kenapa ga bergerak? Itu sudah disuruh panitia”
“Ehm…kami pakewuh..,” jawab dua Banser serempak.
“Kenapa pakewuh?“
“Soale, itu semua Bu Nyai. Ga berani pokoknya,” jawab si Banser.
Siatuasi “kacau” tak reda, akhirnya anggota Garfa melapor kepada Koordinator Lapangan (Korlap).
“Lapor, komandan. Harap turun tangan sekarang!,” ucap si Garfa.
“Cepat, Mbak. Kami juga tak bisa mengendalikan situasi. Karena serba pakewuh,” pinta si Garfa.
Sang Korlap langsung membubarkan kerumunan. Dengan kalimat sopan namun tegas, seraya dua tangannya menyibak kanan kiri, akhirnya berhasil mengevakuasi Ibu-Ibu Nyai menuju ke tempat transit. Dibantu pagar betis Banser di ujung depan.
Penulis M. Ikhwan, Pembina LTN PCNU Kota Semarang