Jalankan Visi Mabadi’ Khoiro Ummah Wujudkan Cita-cita 1 Abad NU, Ini Yang Telah Dilakukan PCNU Kota Semarang
SEMARANG, pcnukotasemarang.com – Nahdlatul Ulama (NU) telah mencapai usia 1 abad, berbagai program pembangunan manusia telah dilakukan, baik dari sisi keagamaan, sosial, politik, hukum, hingga ekonomi. Tak kalah penting adalah bagaimana membangun NU sebagai sebuah organisasi yang menaungi puluhan bahkan ratusan juta umat agar tidak lepas dari tradisi keagamaan yang ramah, toleran, dan berprinsip kemanusiaan. Pondasi tersebut telah dirumuskan dalam rumusan Islam Nusantara.
Selain itu, NU tidak hanya cukup berdiri sebagai organisasi semata, namun juga sebagai wadah untuk membangun Mabadi’ Khaira Ummah (Pondasi Dasar Membangun Umat Terbaik) untuk mencapai cita-cita para pendiri organisasi dan juga pendiri bangsa Indonesia.
Mabadi’ Khaira Ummah dicetuskan di Muktamar NU ke-13, tahun 1938 di Menes Kota Caringin Banten, antara lain memutuskan sebuah kesimpulan, bahwa kendala utama yang menghambat kemampuan umat melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar dan menegakkan agama adalah karena kemiskinan dan kelemahan di bidang ekonomi. Maka, muktamar mengamanatkan PBNU untuk mengadakan gerakan penguatan ekonomi warga. Para pemimpin NU waktu itu menyimpulkan bahwa kelemahan ekonomi ini bermula dari lemahnya sumber daya manusianya (SDM).
Mereka lupa meneladani sikap Rasulullah sehingga kehilangan ketangguhan mental. Setelah diadakan pengkajian, disimpulkan ada beberapa prinsip ajaran Islam yang perlu ditanamkan kepada warga NU agar bermental kuat sebagai modal perbaikan sosial ekonomi yang disebut Mabadi Khaira Ummah, atau langkah awal membangun umat yang baik.
Mabadi’ Khaira Ummah artinya langkah-langkah awal menuju terwujudnya umat yang ideal (seperti yang dicita-citakan). Langkah-langkah itu adalah perilaku (akhlak) yang diharapkan dimiliki oleh NU dan kaum Nahdliyin. Mabadi Khaira Ummah adalah gerakan pembentukan identitas dan karakter warga NU melalui upaya penanaman nilai-nilai luhur yang digali dari paham keagamaan NU. Dengan demikian tuntutan untuk membangkitkan gerakan Mabadi Khaira Ummah setelah dicanangkannya Khittah NU, memang hampir merupakan konsekuensi logis.
Pertama, karena Mabadi Khaira Ummah adalah butir-butir ajaran yang dipetik dari moral Khittah NU yang harus ditanamkan kepada warga.
Kedua, tekad melaksanakan khittah NU itu sendiri menuntut pembenahan dan pengembangan NU demi meningkatkan ketangguhan organisasi dan aktualisasi potensi-potensi yang dimilikinya sesuai yang mutlak perlu dalam upaya berkarya nyata bagi pembangunan umat, bangsa dan negara.
Ketiga, sejarah Mabadi Khaira Ummah tak dapat dipisahkan dari jiwa asli NU yang kini disebut sebagai khittah NU. Mabadi Khaira Ummah adalah sunnah atau jejak para pemula (al-sabiqun al-awwalun) NU. Jika kembali ke khittah 26 (Khittah NU) dapat dimaknai sebagai pengikatan kembali dengan semangat dan Sunah para pemula ini, maka gerakan Mabadi Khaira Ummah adalah revitalisasi Sunah tadi mengingat relevansinya dengan kebutuhan masa kini, bahkan dengan kebutuhan segala zaman cukup nyata.
Tujuan besar dari gerakan Mabadi Khaira Ummah adalah untuk mendukung program pembangunan NU, menangani masalah sosial dan ekonomi secara sungguh-sungguh. Selain itu, gerakan ini juga bertujuan untuk membentuk sumber daya manusia menjadi kader-kader unggul yang siap berkiprah aktif dalam mengikhtiarkan kemaslahatan umat, bangsa dan negara yang tidak saja terampil, tetapi juga berkarakter terpuji dan bertanggung jawab.
Ketua PCNU Kota Semarang, KH Dr Anashom kemudian menjelaskan bahwa NU di kawasan perkotaan karakternya berbeda dengan NU di daerah dan kabupaten.
“Termasuk yang di Semarang. Masyarakat di kabupaten NU-nya lebih kental. Ketaatan pada kyai juga lebih kuat. Dalam kaitan hubungan dengan kyai lebih cair dan kental. Dinamikanya sendiri. Walaupun begitu di kota Semarang NU-nya tetap kita urusi. Dalam konteks supaya masyarakat seneng dan kenal dengan NU, dan mengembangkan berbagai program untuk NU Kota Semarang. Untuk memperkenalkan NU ada berbagai program yang kita rintis supaya orang mengenal NU,” beber kyai yang memiliki bidang ilmu sejarah tersebut.
Karena masyarakat di Kota Semarang karakternya sangat cair, Anashom mengatakan ada strategi dalam membentuk jamaah di tingkat masyarakat. Anashom mengatakan dirinya terlibat di komunitas supaya mereka senang dengan NU. Dia ikut berkontribusi dalam komunitas Jamu (Jamiiatul muballighin) dan Kopisoda (Komunitas Pecinta Kyai Soleh Darat).
Di samping itu, PCNU Kota Semarang juga aktif berkomunikasi dengan pemerintah. Beberapa periode ini PCNU bisa kerjasama baik dengan pemerintah.
“Yg efektif sejak 2016 ke sini komunikasi berjalan baik. Ada program-program yang secara khusus kerjasama dengan ormas. Seperti program hibah yang kerjasama dengan pemerintah. Dari segi fisik kita merintis pembangunan gedung di Jl Sudirman tapi ambrol. Lalu ada dana hibah tiap dua tahun sekali. Kerjasamanya bisa tiap tahun. Atau kerjasama bentuk kegiatan,” jelasnya.
“Klinik juga pernah didirikan di mangkang. Pernah buat di kantor BMT NUS di mangkang. Dibiayai banyak tapi tidak jalan. Masyarakat udah punya BPJS dan punya faskes.
NU center di relokasi sekolah lalu di kasih tanah di podorejo. Ada BLK. MA kejuruan di podorejo. Membangun sumur artetis di situ,” imbuhnya.
“2023 mulai membangun pondok. Ada SMP Hasanuddin harapannya lanjut di MA Kejuruan.
Kerjasama dengan Pemkot mengusulkan berbagai perbaikan fisik untuk makam tokoh tokoh masyarakat seperti Habib Toha, Mbah Soleh Darat. Makam Mbah Syafi’i pondok pesantren luhur, tertua di mangkang. Nanti beberapa makam sudah kita usulkan untuk perbaiki.
Kyai Abdullah sajad sendangguwo. KH. Ridwan mujahid di bergota yang ikut mendirikan NU. Lalu mendirikan NU kota Semarang. Mbah Depok langsung habib Lutfi dan Pemkot,” bebernya menceritakan prgram pembangunan fisik yang sudah dan akan dilaksanakan.
Untuk saat ini, Anashom menjelaskan telah berdiri 154 ranting di PCNU Kota Semarang dengan berbagai macam program yang dijalankan. Anashom mencontohkan program-program kemanusian yang pernah dilakukan antara lain seperti program yang menyentuh masyarakat seperti pengajian, lailatul ijtima serta bekerjasama dengan World Food (Badan Pangan Dunia) saat krisis tahun 1998 sampai tahun 2011. Lalu program lainnya seperti pembangunan fisik, air artetis, pembangunan balai RW dan lain-lain.
“Kita mulai merintis KBIH NU 2006 dan BMT NUS. Di sisi organisasi kita mengembangkan di MWC, ranting. Ada 16 MWC/kecamatan, ranting/kelurahan, anak ranting. Kemudian Lazisnu kita bentuk. Lembaga-lembaga Apa yang ada di tingkat pusat di PCNU Kota semarang kita bentuk. Banom-banom ya sejak dulu kita adakan semua. Dari struktur organisasi ada di PB dan di PW, semua ada di PC. Efektivitas kerja berjalannya organisasi memang naik turun,” tandasnya menjelaskan struktur dan program organisasi di PCNU Kota Semarang.
Anashom kemudian menceritakan tentang sejarah berdirinya NU di Kota Semarang yang dideklarsikan pada tahun 1928. Namun dirinya mengakui ada banyak dalam penelusurannya sehingga sejarah yang terdeteksi hanya sampai tahun 1960-an.
Tokoh-tokoh yang berjasa dalam membangun NU di Kota Semarang antgara lain yang disebutkan Anashom adalah Kyai Zuhri, Kyai Daroji, Kyai Haris Shodaqoh, Kyai Sodiq Hamzah, Kyai Yusuf Masykuri, dan hampir semua kyai sepuh Semarang pernah ikut membangun PCNU Kota Semarang. (Mushonifin)