Jelajah Ramadhan, Menelusuri Jejak Langkah Pangeran Terboyo Yang Membangun Semarang Jadi Kota Dagang dan Industri

SEMARANG, pcnukotasemarang.com – Mengenang sejarah Kota Semarang, kita akan menjumpai nama Adipati Suro Hadimenggolo V atau lebih dikenal dengan sebutan Kanjeng Adipati Terboyo atau juga disebut Pangeran Terboyo. Dialah Bupati Semarang yang ke-23 yang menjabat pada tahun 1807 sampai 1821. Pangeran Terboyo meninggalkan jejak peninggalan berupa Masjid megah di jalan Kyai Terboyo, Kelurahan Kaligawe, Kecamatan Gayamsari, kota Semarang.

Sepeninggal Ki Pandananaran, Semarang mengalami beberapa kali periode pemerintahan. Di antara kerajaan-kerajaan yang pernah menguasai Semarang adalah Pajang dan Mataram. Salah satu periode yang cukup ikonik untuk pelajari adalah pada masa kekuasaan VOC. Pada periode terjajah inilah fungsi Semarang sebagai sebuah kota berubah total sebagai kota pertahanan dan perdagangan dengan dibangunnya pelabuhan besar, jalan raya, rel kereta api, dan bangunan bergaya Eropa.

Sejak kepemiminan Ki Ageng Pandanaran dahulu, Semarang adalah salah satu Kota pusat penyebaran ajaran-ajaran Islam, karena itulah banyak masyarakat dari luar berbondong-bondong ke semarang saat itu. Banyak sekali santri-santri yang kemudian menetap dan beranak-pinak sehingga membuat Semarang menjadi sangat ramai dan berubah menjadi kota. Pada kemudian hari, kota pusat pembelejaran agama Islam ini berkembang menjadi kota perdagangan dan pelabuhan seiring semakain ramainya pedagang yang singgah di pelabuhan Semarang.

Pada tahun 1678, ketika Mataram menguasai Semarang pada era kepemimpinan Amangkurat II, Semarang digadaikan kepada Belanda karena lilitan utang yang cukup besar.

Kemudian tibalah saatnya pada tahun 1807 pangeran Terboyo ditunjuk menjadi bupati Semarang. Sebelumnya Semarang telah dirubah fungsinya oleh Belanda menjadi kota pertahanan militer dan perdagangan atas dasar perjanjian dengan Paku Buwono I karena letaknya yang sangat strategis. Pangkalan militer di Jepara kemudian dipindah ke Semarang. Sejak saat ini fungsi kota Semarang resmi berubah menjadi pusat kegiatan politik Belanda. Namun begitu, untuk urusan pemerintahan tetap diserahkan kepada orang-orang pribumi.

Pangeran Terboyo adalah salah satu putra kraton Surakarta, dia anak dari Kyai Soerodirjo dan merupakan cucu dari Kyai bustam yang memiliki andil dalam memberikan gagasan memisahkan Mataram menjadi dua kerajaan yakni Surakarta dan Yogyakarta melalui perjanjian Giyanti yang terkenal itu. Istri pangeran Terboyo adalah putri dari pangeran Sambernyawa yang juga tokoh pejuang yang gigih melawan penjajah.

Oleh karena itu jangan heran jika corak-corak di kompleks makam pangeran Terboyo dan masjid Terboyo, atau juga dikenal sebagai Masjid Al-Fatah, yang berdiri megah di dalamnya bercorak mengikuti gaya kraton Surakarta.

Kanjeng Adipati Terboyo lahir pada tahun 1731 dan meninggal pada tahun 1834. Jasadnya dimakamkan di belakang Masjid Terboyo, dan Masjid Terboyo itulah salah satu warisannya yang sampai saat ini masih berdiri di Jalan Kiai Terboyo, Semarang.

Masjid Peninggalan Pangeran Terboyo

Kepala pengelola Makam Pengeran terboyo, Mochammad Solichin mengatakan, bahwa masjid Terboyo dibangun Adipati Terboyo pada tahun 1821, sebelum dia mengundurkan diri dari jabatannya. Saat ini masjid kebanggaan warga Terboyo tersebut sudah ditinggikan beberapa kali karena sering terendam banjir dan rob.

“Sampai saat ini masjid itu sudah direnovasi, antara lain pada tahun 1970 dan 1980. Sebelumnya, pada tahun 1967 genteng Masjid Terboyo harus diganti akibat sambaran petir dan mengalami kerusakan cukup parah di bagian atap. Bahkan cungkup yang memiliki ciri khas Keraton Solo sempat lepas dari tempatnya,” ujarnya pada Selasa (28/3/2023).

Terkait peristiwa penggantian genteng pada 1967 itu, Solichin menambahkan, pernah ada kejadian unik saat dilakukan pengangkatan soko guru masjid.

“Ceritanya, untuk memudahkan upaya pengangkatan, masyarakat menggunakan alat katrol, namun tidak disangka katrol tersebut ternyata tidak mampu mengangkat, bahkan terbalik,” kenangnya.

Setelah kejadian itu seluruh panitia kemudian melakukan tirakat dan berdoa di makam Adipati Terboyo. Setelah dilakukan berbagai macam lelaku, anehnya hanya dengan menggunakan dongkrak (katrol) truk, masjid tersebut dapat terangkat walaupun perlu waktu satu bulan untuk dapat mengakatnya setinggi 12 meter.

“Sebab setiap hari hanya mampu mengangkat setengah meter, itu pun kami melakukannya dengan melafalkan wirid,” tutur Sholichin.

Biasanya pada ramadahan-ramadhan sebelumnya Masjid Terboyo tidak pernah sepi dari umat yang ingin memperbanyak amalan ibadah. Namun sekarang kondisinya berbeda akibat pandemik covid-19.

“biasanya ramai mas, malahan ada dari luar negeri seperti Malaysia dan Brunei kesini, sekarang sepi mas,” ujarnya.

Sekedar informasi, di dalam kompleks masjid juga berdiri Pondok Pesantren Al Fatah, SLTP dan SMU Al Fatah. Lembaga-lembaga pendidikan itu sudah terakreditasi antara lain akreditasi A dan B.

Sumur dan Makam Keramat

selain meninggalkan masjid tua yang usiannya hampir 2 abad, yang sampai saat ini masih digunakan untuk bersembahyang oleh umat muslim sekitar, Pangeran Terboyo juga konon meninggalkan sumur tua.

“Bahkan hingga kini sumur tersebut masih dianggap keramat oleh warga sekitar. Warga meyakini air sumur tersebut sangat berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit bagi siapa yang meminumnya,” urainya.

Selain itu meskipun sumur tersebut terletak tidak jauh dari laut, yang biasanya rasa airnya asin, namun air sumur peninggalan Kanjeng Terboyo tersebut rasanya justru seperti air yang mengalir dari sumber mata air pegunungan.

Mbah Sholichin mengatakan, pernah ada orang warga Berok yang sakit parah dan sudah divonis oleh dokter tidak akan mampu disembuhkan dengan obat, namun setelah minum beberapa kali penyakitnya sembuh total. Sumur tersebut selain dipecaya mampu untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit juga dipercaya memiliki kekuatan ghaib.

‘’Karena dipercaya punya khasiat dan mengandung kekuatan, maka bagi orang yang suka berdusta jangan cobacoba minum air sumur itu,’’ kata Sholikin mengimbau.

Dalam sebuah kesempatan ada seseorang yang hendak membuktikan sumpahnya. Setelah meminum air sumur itu, beberapa waktu kemudian orang tadi mengalami sakit perut dan akhirnya meninggal dunia.

“ Karena air tersebut mampu untuk membuktikan sumpah seseorang,’’ imbuhnya.

Meski begitu, Mbah Sholichin mengimbau kepada setiap warga yang ingin minum air sumur tersebut untuk tidak mempercayai hal–hal yang bersifat syirik, karena semua hasilnya tetap kembali kepada Yang Maha Kuasa.

“Ya kalau ingin mendapatkan kesembuhan silakan minum air sumur itu, namun jangan sampai mempercayai bahwa air tersebut yang menyembuhkan, semua kita kembalikan kepada Allah SWT,’’ terangannya.

Seperti halnya kebanyakan makam dari seorang tokoh, makam Adipati Terboyo juga dikeramatkan oleh banyak orang. Terutama bagi mereka yang mempercayai supranatural, makam Kanjeng Terboyo dipercaya memiliki sawab atau pancaran aura mistik.

Sampai sekarang makam yang terletak di belakang Masjid Besar Terboyo tersebut tidak pernah sepi pengunjung yang datang dari berbagai daerah. Kedatangan mereka biasanya ingin ngalap berkah di makam tersebut, misalnya ingin mendapatkan jodoh, pekerjaan dan juga kedudukan.

“Beberapa pejabat juga sering datang ke sini,“ terang Mbah Sholichin

Namun Solichin menambahkan, bagi orang-orang yang berniat jahat atau punya pikiran yang kotor dan melenceng dari ajaran agama Islam, janganlah masuk ke makam karena pasti akan ketahuan. Karena menurutnya di makam tersebut di jaga seekor macan putih gaib yang akan mengusir siapa saja yang ingin berbuat tidak benar yang melenceng dari ajaran agama.

PCNU Kota Semarang

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published.