Kisah Warga Merapi di Saat Erupsi Terjadi, Laporan Dari Satkornas Bagana

MAGELANG, pcnukotasemarang.com – Serangkaian awan panas dari gunung merapi yang terjadi hari sabtu 11 maret 2023 mengakibatkan hujan abu di sejumlah daerah di Kabupaten Magelang, Boyolali, Kota Magelang, Temanggung bahkan sampai Wonosobo dan Kabupaten Semarang.

Potensi bahaya saat ini berupa gugusan lava dan luncuran awan panas antara 3 – 7 KM ke derah sungai Bedog, Sungai Boyong , Bebeng, Krasak, Woro, yang berada di Kabupaten Sleman dan Kabupaten Magelang. Sedangkn lontaran material volkanik bila terjadi lwtusan ekplosif dapat menjangkau radius 3 KM dari Puncak merapi.

Laporan dari Chabibullah selaku Kepala Satuan Koordinator Nasional Banser Tanggap Bencana (Bagana) menjelaskan sampai tanggal 13 Maret, kawah utama masih teramati tertutup kabut dan asap kawah berwarna putih dengan intsitas sedang tinggi sekitar 50 – 150 meter. Dengan status level III ( Siaga).

Chabibullah yang juga warga asli Serumbung, sebuah desa yang paling terdampak letusan merapi melaporkan, hujan abu yang terjadi sejak tanggal 11 maret 2023, untuk Kabupaten Magelang terjadi di 11 Kecamatan dan 41 desa. Dampak tersebut mengakibatkan lahan pertanian dan perkebunan serta perkampungan dan jalan maupun ekonomi masyarakat terhambat.

Namun Chabibiullah menjelaskan kondisi masyarakat tetap tenang dan kembali pada aktifitas seperti biasa, hanya saja focus pada upaya pembersihan rumah dan fasilitas umum yang terdampak oleh abu volkanik gunung berapi.

“Lahan pertnian dan persawahan banyak yang terdapak sebaran abu volkanik tersebut, sehingga uapaya pembersihan dan penyiraman tanaman juga menjadi fokus giat masyarakat , baik dari masyrakat yang terdampak atau adanya relawan dari daerah yang aman ikut membantu untuk membersihkan debu abu volkanik tersebut,” ujar Chabibullah melalui laporan tertulis pada Selasa (14/3/2023).

“Semangat dan solidaritas sosial yang sudah terbangun mulai tahun 2006 bahkan sebelumnya, menjadi bagian ikatan sosial yang secara spontanitas langsung bergerak oleh masyarakat lereng merapi, baik secara individu maupun kelompok,” jelasnya lagi.

Chabibullah mengungkapkan, solidaritas bagian dari hidup harmoni bersama merapi.

Chabibullah mengingatkan kembali saat erupsi merapi tahun 2010. Sejak itu bangunan sosial semakin mengental sehingga muncul strategi desa penyangga yang meneerima pengungsian bagi masyarakat terdampak dan mengunsi akibat erupsi merapi.

Chabibullah mengutip Catatan GP Ansor ketika terjadi bencana Primer merapi (erupsi) dan bencana sekunder berupa lahar hujan, untuk bagunan sosial tersebut memakai istilah , Kaum Muhajirin ( penyitas) dan kaum Ansor (untuk Realawan dan penyangga tempat pengungsian), yang saat itu menyediakan tempat pengungsian berupa perkampungan Shelter box yang dibuat 8 titik area pengungsian dengan menggunakan tanah lapang dan hunia darurat dalam bentuk perkampungan shelter box.

“Gerakan – gerakan sosial dan slodiratas kemunasian yang muncul secara sporadik ketika erupsi merapi 2010 dengan berbagai respon yang mendasi pada kearifan dan potensi lokal, tersebut Pemerintah mejuga menginisasi dengan nama Sister Village ( Desa Bersaudara ) yang kemudian menjadi Paeso ( Paseduluran antas deso),” kisahnya.

Ikatan ini, tandas Chabibullah, masih terwat sampai sekarang. Sehingga dalam respon erupsi merapi saat ini, berbagai dampak yang ditimbulkan mampu tertangani secara solidritas antara elemen masyarakat utk saling membantu. Baik mulai bersih – bersih kampong, pemukiman, fasilitas umum maupun lahan pertanian dan dampak yang dirasakan bagi para pemilik buntang ternak yang terdampak, sehingga kesulitan mencari rumput makanan ternak.

Berabagai upaya untuk meringankan beban dan dampak karena kesulitan mendapatkan rumput makanan ternak ini, rumput yang terkena abu volkanik apabila dijadikan makanan ternak akan berdampak pada sulitnya ternak untuk membuang kotoran yang ada dilambung bintang ternak, dan binatang ternak bisa mati, karena tejadi gumpalan – gumplan pasir dalam perut.

“Hal ini berpotensi terjadi karena abu vulkanik mengandung mineral silica yang menenempel dalam rumput – rumput makan ternak yang tedampak abu volkanik, sehingga kalau mau digunakan untuk makanan ternak, rumput harus dicuci dahulu,” tandas Chabibullah.

Dengan kesulitan semacam ini, lanjut Chabibullah, muncul respon dari berbagi relawan utuk membantu dalam bentuk “relawan pengaritan” dengan megambil rumput di daerah – daerah yang mana tidak terdampak abu volkanik.

Relawan dari berbagai komunitas dengan penuh semangat mulai hari minggu tanggal 12 Maret 2023 sampai saat ini melakukan aktifitas tersebut. Karena Wilayah Kecamatan Srumbung, Salam, Ngluwar dan Muntilan di Wialayah Kabupaten Magelang tidak terdampak abu vulakanik.

“Maka daerah tersebut sebagai sumber rumput untuk membantu daerah terdampak yang kena abu vulkanik merapi,” ucapnya.

Chabibullah yang juga pembina GP Ansor Magelang mengatakan, Pimpinan Cabang GP Ansor Kabupaten Magelang mendorong kpngurusan di PAC Ansor yang tidak terdampak untuk melakukan upaya respon dalam bentuk menggerakan pengurus dan anggotanya untuk bisa membantu dalam bentuk relawan pengaritan yang bertugas mencari rumput dan mendistribusikan di daerah dearah yang terdampak.

“Ansor dan Banser dari Kecamatan Srumbung, Salam, Muntilan, Ngluwar saat ini bergerak untuk hal tersebut, di samping juga ada elemen relawan juga seperti Komnitas pecinta Alam (Campala) Dhemit Gunung,” bebernya.

Samapi saat ini, tambah Chabibullah, upaya tersebut dilakukan ke Kecamatan dukun yaitu ke Desa Babadan dan Krinjing.

Hubungan dan solidaritas antar masyarkat ini menjadi modal bagaian Living Harmony with disaster yang ada di merapi. Dalam suasan normal, ketika panen raya sayura masyarakat di lereng merapi dan merbabu yang di koordinir oleh GP Ansor, baik PAC maupun Cabang di Kabupaten Magelang juga melakukan upaya support bantuan sauyrann ke masyarakat dan Pondok Pesantren serta panti Asuhan di daerah Muntialn, Srumbung dan Salam serta dearah Lain.

“Kecamatan Salam, Ngluwar, Muntilan dan Mertoyudan sebagai Kecamatan – Kecamatn penyangga ketika terjadi bencana Merapi dan mengakibatkan Pengungsiaan selalu saling membantu terutama untuk kebutuhan – kebutuhan Tanggap darurat,” tutup Chabibullah.

PCNU Kota Semarang

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published.